Arsip

Posts Tagged ‘Hikmah’

…Aku rindu Zaman itu….[KH. Rahmat Abdullah, Allahu Yarhamhu]

Januari 12, 2011 6 komentar

Subhanalllah, itulah yang terucap dari mulut saya ketika membaca catatan dari teman saya yang di tag lewat Facebook. Sebuah kalimat-kalimat yang sederhana namun begitu banyak makna dan hikmah yang di ambil.

“…..Aku Rindu Dengan Zaman Itu”

Aku rindu zaman ketika “halaqoh” adalah kebutuhan,bukan sekedar sambilan apalagi hiburan

Aku rindu zaman ketika “membina” adalah kewajiban,bukan pilihan apalagi beban dan paksaan

Aku rindu zaman ketika “dauroh” menjadi kebiasaan,bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan

Aku rindu zaman ketika “tsiqoh” menjadi kekuatan,bukan keraguan apalagi kecurigaan

Aku rindu zaman ketika “tarbiyah” adalah pengorbanan,bukan tuntutan dan hujatan

Aku rindu zaman ketika “nasihat” menjadi kesenangan,bukan su’udzon atau menjatuhkan

Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk da’wah iniAku rindu zaman ketika “nasyid ghuroba” menjadi lagu kebangsaan

Aku rindu zaman ketika hadir di “liqo” adalah kerinduan, dan terlambatadalah kelalaian

Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi daurohdengan ongkos ngepas dan peta tak jelas

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar jalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh dawah di desa sebelah

Aku rindu zaman ketika akan pergi liqo selalu membawa uang infak, alat tulis, buku catatan dan Qur’an terjemahan ditambah sedikit hafalan

Selengkapnya…

Banyak Yang Mau Berubah, Tapi Memilih Jalan Mundur

Desember 3, 2010 1 komentar

Cerita ringan, dialog antara Ust. Yusuf Mansur dengan Security POM Bensin. Agak panjang, tapi percaya deh enak kok dibacanya . SEMOGA BERMANFAAT

Banyak yang mau berubah, tapi memilih jalan mundur. Andakah orangnya?

Satu hari saya jalan melintas di satu daerah. Tetidur di dalam mobil.  Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir saya: “Nanti di depan ke kiri ya”. “Masih banyak, Pak Ustadz”. Saya paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan.

Saya pengen pipis. Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti. “Pak Ustadz!”. Dari jauh ia melambai dan mendekati saya. Saya menghentikan langkah. Menunggu beliau. “Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja.”. Saya senyum aja. Ga ke-geeran, insya Allah, he he he. “Saya ke toilet dulu ya”. “Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?” “Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?”. “Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz”. Sejurus kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang “berhentiin” saya.

Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu pom bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali “target operasi” dakwah hari ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya. Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, “Ok, ntar habis dari toilet ya”.

***

“Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?”, tanya saya membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan. “Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?”

Selengkapnya…